PENGOLAHAN KOTORAN TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS DAN PUPUK ORGANIK DI DESA PURNAKARYA, KECAMATAN TANRALILI, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN
DOI:
https://doi.org/10.30737/jaim.v6i2.3411Keywords:
Sapi, Kotoran, Limbah, Biogas, Pupuk OrganikAbstract
Salah satu usaha peternakan sapi yang berpotensi untuk menghasilkan teknologi biogas dan pupuk organik adalah peternakan Kareem Farm yang berlokasi di Jalan Reformasi Dusun Tangnga, Desa Purnakarya, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Peternakan tersebut telah memiliki kandang sapi dengan kapasitas 40 ekor sapi, namun yang ada sekarang terdapat 28 ekor dengan jenis yang berbeda. Permasalahan utama pada usaha peternakan sapi Kareem Farm adalah menumpuknya limbah/kotoran sapi disekitar kandang. Kondisi sekarang, satu ekor sapi menghasilkan 8 kg kotoran perhari. Dalam satu hari dapat menghasilkan sekitar 224 kg limbah/kotoran. Kotoran tersebut hanya dibuang disekitar kandang dan belum dapat diolah dan dimanfaatkan dengan baik karena keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang potensi ekonomi/bisnis dan pengolahan limbah ternak sapi menjadi nilai tambah ekonomi. Banyaknya limbah kotoran sapi yang mencapai 224 kg per hari membuat limbah kotoran tersebut setiap harinya semakin menumpuk di sekitar kandang, hal ini membuat lingkungan kandang sapi menjadi semakin kotor, kuantitas kotoran yang semakin hari semakin banyak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan disekitar masyarakat. Timbulnya bau tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial, karena mengganggu masyarakat yang bermukim disekitarnya. Permasalahan tersebut dieselesaikan dengan Masukanya PKM pengolahan kotoran ternak sapi menjadi suatu produk yakni Biogas dan Pupuk Organik. Intalasi biogas dan pelatihan biogas dan pupuk organik dari ternak sapi telah dilakukan pada peternakan Kareem Farm dan masyarakat sekitarnya peternakan tersebut. Disamping itu terbentuk kelompok tani “Tangnga Jayaâ€. Disamping itu masyarakat lebih tertarik dengan pembuatan pupuk organik dengan menggunakan cacing yang lebih mudah, murah dan bahan bakunya dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat.References
Holik, Khirzin and Aji (2020) ‘PKM Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi Menjadi Biogas sebagai sumber energi alternatif di Kelurahan Bulusan Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi’, Dinamika, 5(2), pp. 1–4.
Indriyani et al. (2022) ‘Pemanfaatan Kotoran Ternak Sebagai Biogas Dan Pupuk Organik Di Desa Klasmelek’, Abdimasa, 5(1), pp. 69 – 74.
Mirah, Soputan and Paruntu (2016) ‘Feses Ternak Sapi Sebagai Penghasil Biogas’, LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 3(1), pp. 1–9.
Perpres 5 (2006) Tentang Kebijakan Energi Nasional. Indonesia.
Sulistiyanto et al. (2016) ‘Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Biogas Rumah Tangga di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.’, Udayana Mengabdi, 15(2), pp. 150–158.
Sunaryo (2014) ‘Rancang Bangun Reaktor Biogas untuk Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Sapi di Desa Limbangan Kabupaten Banjarnegara’, PPKM UNSIQ, 1(1), pp. 21–30.
Wahyono and Sudarno (2012) Biogas : Energi Ramah Lingkungan. Bogor: Yapeka.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Nur Zaman, Erniati Bachtiar, Selfina Gala, Andi Nuraliyah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with JAIM : Jurnal Abdi Masyarakat agree to the following terms:
1. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
2. Authors can enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
3. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) before and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).