Main Article Content

Abstract

Kawasan Eksisting Gamat Bay sebagian besar terdapat kawasan hutan lindung yang kedepannya akan diusulkan menjadi salah satu DTW Gamat Bay. Hutan lindung memiliki pesona yang tidak kalah dengan pesisir gamat Bay namun potensinya belum banyak dikenal orang. Oleh karena itu Desa Sakti ingin mengembangkan DTW Gamat Bay sebagai ekspansi daya tarik yang ditawarkan bagi wisatawan untuk menikmati sudut lain dari Pulau Nusa Penida. Terdapat lima pilar yang dapat berperan dalam pengembangan pariwisata terhadap kawasan Nusa Penida khususnya Gamat Bay yang terdiri dari Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Ancilleries dan Comunity Involvement. Kawasan Hutan Lindung dalam kawasan Gamat Bay di Desa Sakti memiliki luasan sekitar 33 hektar sebagai Hutan Lindung. Secara harfiah perancangan aksesibilitas dan RTH dapat menjadi  hal utama dalam perancangan kawasan pariwisata sebagai penghubung antar zona maupun antara fasilis. Pada umumnya aksesibilitas merupakan derajat kemudahan pencapaian maupun penggunaan baik terhadap lingkungan maupun objek serta pelayanan. Aksesibilitas terbagi atas dua, yakni aksesibilitas  fisik  dan  non  fisik,  aksesibilitas  fisik  meliputi  akses  pada  bangunan umum,  akses pada  jalan  umum,  pada  pertamanan  dan  pemakaman  umum,  dan taman kota. Aksesibilitas dirancangan sebagai penghubung area antar zona serta sebagai akses terhadap fasiltias-fasilitas penunjang pariwisata pada Kawasan Hutan Lindung. Perancangan aksesibilitas sangat memperhitungkan faktor-faktor dasar dalam merencanakan aksesibilita yang lebih aksesibel dan mendukung kegiatan konservasi hutan lindung

Keywords

Aksesibilitas Perancangan Gamat Bay

Article Details

How to Cite
PENGABDIAN MASYARAKAT PERANCANGAN AKSESIBILITAS GAMAT BAY NUSA PENIDA. (2024). Jurnal Abdi Masyarakat , 7(2), 228-239. https://doi.org/10.30737/jaim.v7i2.5199

How to Cite

PENGABDIAN MASYARAKAT PERANCANGAN AKSESIBILITAS GAMAT BAY NUSA PENIDA. (2024). Jurnal Abdi Masyarakat , 7(2), 228-239. https://doi.org/10.30737/jaim.v7i2.5199

References

  1. Buana, I. K. S., & Rudy, D. G. (2019). Aksesbilitas Sebagai Bentuk Kemandirian Bagi Difabel DalamMenggunakan Fasilitas Pelayanan Publik Pada Perbankan. URL: https://ojs. unud. ac. id/index. php/Kerthanegara/article/view/47249
  2. BPS Kota Denpasar, Denpasar Dalam Angka 2019 https://denpasarkota.bps.go.id/CarrStephen, Mark Francis, Leanne G. Rivlin & Andrew M. Stone. 1992. Public Space.United State of America: Cambridge University Press
  3. Dewang, N., & Leonardo, L. (2010). Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di Kawasan Taman Suropati Menteng-Jakarta Pusat. Planesa, 1(1), 213267.
  4. Etiningsih, Eva. 2016. Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Publik (Studi Di Taman Merdeka Kota Metro.Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung : Bandar Lampung.
  5. Fauzi, M. F., Pamungkas, S. T., & Asikin, D. (2015). Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas di Taman Merjosari Malang. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur, 3(4).
  6. Linggasani, M. A. W., & Putra, I. B. G. P. (2017). Pembentukan Identitas Ruang OlehSuatu Komunitas Kreatif di Ruang Publik (Area Car Free Day) Dago, Bandung. Undagi:Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa, 5(2), 27-32.
  7. Menteri Pekerjaan Umum. 2009. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
  8. Putri, G. H. (2011). Aksesibilitas Difabeldalam Ruang Publik (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Aksesibilitas Difabel Dalam Ruang Publik di Kota Surakarta).
  9. Saputri, E. L. (2019). Analisis Aksesibilitas Layanan Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Pada Perguruan Tinggi: Studi Kasus Kota Makassar. Journal of Humanity and Social Justice, 1(2), 185-204. DOI: https://doi.org/10.38026/journalhsj.v1i2.23
  10. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet Syafi'ie, M. (2014). Pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Inklusi, 1(2),269-308. DOI: https://doi.org/10.14421/ijds.010208
  11. Wijaya, A. G., Saputra, I. P. D. A., & Semara, I. M. T. (2016). Peran Lima Pilar Pengembangan Pariwisata terhadap Kawasan Nusa Penida, Klungkung. Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 7(1), 51-58 DOI: https://doi.org/10.22334/jihm.v7i1.35

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.