PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH 2 JAM PERTAMA TERAPI REHIDRASI PASIEN HIPERGLIKEMIA AKUT
DOI:
https://doi.org/10.30737/nsj.v3i2.503Keywords:
Terapi Rehidrasi, Kadar gula darah, Hiperglikemia akutAbstract
DM Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan meningkatkan kadar gula darah normal yang menyebabkan peningkatan osmolaritas yang akan menganggu keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Tatalaksana utama hiperglikemia menurut ADA adalah dengan terapi rehidrasi cairan. Terapi cairan pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki volume intravascular dan extravascular dan mempertahankan perfusi ginjal. Selain itu, Terapi cairan juga akan menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan menurunkan kadar hormon kontra insulin.
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian komparatif dengan pendekatan cohort.prospektif.  Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 responden dengan pengambilan data menggunakan teknik consequtife sampling. Dari hasil penelitian berdasarkan uji analisis bivariat didapatkan adanya perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemberian terapi pada 2 jam pertama tatalaksana hiperglikemia akut dengan nilai p = 000 (p<0,05) berdasarkan  uji T berpasangan. Hal ini semakin membuktikan bahwa terapi rehidrasi sangat efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah di dalam darah sejak 2 jam pemberian terapi rehidrasi. Hal ini membuktikan terpenuhinya cairan dalam tubuh akibat dehidrasi karena hiperglikemia akan menurunkan kadar gula darah secara bertahap. Tatalaksana hiperglikemia akut menggunakan cairan diharapkan menjadi penatalaksanaan pertama dan utama pada kondisi kegawatan di ruang Instalasi Rawat Darurat.
Â
Â
References
ADA (2014).Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.Diabetes CareVolume 37, Supplement 1, January 2014 Hal.S81-590.
Augusta L. A et al, (2010).Krisis hiperglikemia pada diabetes melitus.Jurnal Penyakit Dalam.
Bakes, K. et all.(2016). Effect of volume of fluid resuscitation on metabolic normalization In children presenting in diabetic ketoacidosis: a randomized Controlled trial. The Journal of Emergency Medicine, Vol. 50, No. 4, pp. 551–559.
Diacon, A. (2012). Fluid balance monitoring in critically ill patients.Stellenbosch University.http://scholar.sun.ac.az
Gotera, & Budiyasa. (2010). Penatalaksanaan Keto Asidosis (KAD).J Peny Dalam, 11(2), 126-138.
Horng. R.C. et all.(2012). Plasma-Lyte 148 vs 0.9% saline for fluid resuscitation in diabetic ketoacidosis. Journal of Critical Care)27, hal. 138–145.
Kitabchi & Ebenezer (2016). The evolution of diabetic ketoacidosis: An update of its etiology, pathogenesis and management. Elsevier Inc. http://dx.doi.org/10.1016/j.metabol.2015.12.007
Leksana, E (2015). Strategi terapi cairan pada dehidrasi.CDK-224, 42, 1.
Tokuda, Y et al. (2010). Vital sign triage to rule out diabetic ketoacidosis and nonketotic hyperosmolar syndrome in hyperglycemic patients. diabetes research and clinical practice 87 hal. 366–371.
Zeitler, P. et al (2011). Hyperglycemic Hyperosmolar Syndrome in Children: Pathophysiological Considerations and Suggested Guidelines for Treatmen. The Journal of Pediatrics.www.jpeds.com, 158: no. 1.