Pelatihan Pengolahan Ampas Tahu menjadi Bahan Pangan di Desa Nglebeng Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek
DOI:
https://doi.org/10.30737/jatimas.v1i2.2098Keywords:
Nugget, Residue of tofu, TrainingAbstract
The residue of tofu is a solid waste from tofu processing. During this time, the residue of tofu only used as fodder in Desa Nglebeng, Kecamatan panggul, Kabupaten Trenggalek. Nevertheless, the rubble has good nutrition, and hence it can be utilized in food products. One of the food products that can be produced from the residue of tofu is a nugget. The training aimed to empower the communities to create nugget products from the deposition of tofu as a food alternative to fulfill the healthy food. Four steps separated the methods of the training: preparation, socialization, practice, and evaluation. The course was divided into three stages: preparing tools and materials, nugget processing, and selling. The training results showed that nuggets processing from the tofu residue could be run well and have a positive impact. The village government supported this training, and the enthusiastic participants asked questions and discussed with the team. Nugget from the residue of tofu can be used to profitable idea business. The nugget products can increase the selling value of tofu residue and improve the community's economic level.
Ampas tahu yaitu suatu limbah padat hasil pengolahan tahu. Sampai saat ini ampas tahu hanya digunakan untuk pakan ternak di Desa Nglebeng Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek. Padahal ampas mengandung berbagai gizi baik yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan produk pangan. Salah satu produk pangan yang dapat diproduksi dari ampas tahu yaitu nuget. Tujuan pengabdian ini untuk memberdayakan masyarakat dalam pengolahan ampas tahu menjadi nugget sebagai pangan alternatif selama pandemi Covid-19 dengan harga yang murah dan memenuhi kebutuhan pangan sehat bagi masyarakat. Metode dalam pelatihan ini terdiri atas empat tahap yaitu persiapan, ceramah/sosialisasi, praktek lapang, dan evaluasi kegiatan. Kegiatan praktek lapang dibagi menjadi 3 tahapan yaitu mempersiapkan alat dan bahan, melakukan pembuatan nuget, dan penjualan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan nuget ampas tahu dapat berjalan dengan lancar serta memberikan manfaat yang positif. Hal ini terlihat bahwa aparat Desa Nglebeng mendukung kegiatan ini dan peserta antusias mengikuti kegiatan pelatihan. Peserta banyak mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan tim pengabdian. Nuget ampas tahu dapat dijadikan ide bisnis yang menjanjikan karena dapat meningkatkan nilai jual ampas tahu serta memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat.
References
Auliana, R., Ilamidah, S., Rahmawati, F., & Nugraheni, M. (2013). Pengembangan olahan tahu dan limbahnya berbasis teknologi pengawetan menuju diversifikasi produksi pasca erupsi. Jurnal Inovasi Dan Aplikasi, 17(2), 194–205.
BPS Kabupaten Trenggalek. (2020). Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Trenggalek 2020. https://trenggalekkab.go.id/uploads/ckeditor/202101071610005896.pdf
Handayani, N. (2017). Sosialisasi dan Pembuatan Nugget dari Ampas Tahu untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Gampong Lengkong, Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa. Seminar Nasional Teknik Industri.
Indang, N. M., & Dwiyana, P. (2016). Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu pada Pembuatan Nugget. Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1), 92–98.
Kaswinarni, F. (2012). Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal, dan Gagak Sipat Boyolali. Universitas Diponegoro.
Manalu, K., & Rasyidah. (2020). Pelatihan Pengolahan Limbah Padat Tahu menjadi Bahan Pangan bagi Masyarakat Desa Jentera Kabupaten Langkat. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 26(1), 53–60.
Masyhura, M. D., Rangkuti, K., & Fuadi, M. (2019). Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu dalam upaya Diversifikasi Pangan. AGRINTECH, 2(2), 52–54.
Mushollaeni, W., & Tirtosastro, S. (2007). Pengolahan Nugget Komposit dengan Bahan Baku Ampas Tahu dan Daging Ikan Hiu. Buana Sains, 7(2), 131–138.
Putri, Veni, D., & Yureya, N. (2018). Uji Kualitas Kimia dan Organoleptik pada Nugget Ayam Hasil Substitusi Ampas Tahu. Jurnal Katalisator, 3(2), 143–152.
Sari, M. (2016). Penggunaan Tepung Ampas Tahu sebagai Bahan Pengikat Terhadap Mutu Nugget Daging Sapi. Jurnal Ilmiah Peternakan, 4(3), 40–46.
Wirawan, Suliana, G., & Iskandar, T. (2017). Pemanfaatan Ampas Tahu untuk Olahan Pangan dari Limbah Pengolahan Industri Tahu di Kelurahan Tunggulwulung Kota Malang. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia, 1(2), 64–70.
Zuhri, M. A. M., & Christiani, L. (2018). Pemanfaatan Media Sosial Instagram sebagai Media Promosi Library Based Community (Studi Kasus Komunitas Perpustakaan Jalanan Solo @Koperjas.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Authors who publish in this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/) that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship. Permitted third-party reuse is defined by the Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs (CC BY-NC-ND). This permission allows users to copy and distribute the Article, provided this is not done for commercial purposes and further does not permit distribution of the Article if it is changed or edited in any way, and provided the user gives appropriate credit (with a link to the formal publication through the relevant DOI), provides a link to the license, and that the licensor is not represented as endorsing the use made of the work.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.